Translate

Selasa, 30 April 2019

PELESTARIAN BUDAYA DI TUNJUNG SEKAR

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.

budaya sangat penting dan wajib dilestarikan serta dijaga agar diwariskan sampai ke anak cucu kita. Walaupun sekarang ini kita berada pada era revolusi industri 4.0 . Kita perlu tahu budaya apa , yang pernah nenek moyang kita lakukan .

Salah satu narasumber adalah almarhum mertua saya . Beliau adalh anak dari tuan tanah di Tunjung sekar . Semasa hidup beliau sering di minta petunjuk petugas kelurahan untuk mengetahui asal usul tanah / persil tanah .

Saya tinggal serumah dengan beliau sejak tahun 2002 . Dari kisah kisah yang beliau ceritakan menunjukkan bahwa . Warga Tunjung sekar yang dahulu lebih di kenal sebagai "Loggempol" ini  juga mempunyai kebudayaan sungai .

1. Sungai sebagai tempat membuang sesaji


Sesaji ini di peruntukkan untuk membuang nasip sial , permohonan agar hajatnya terkabul . selamatan bayi , membangun rumah dan juga persembahan untuk perayaan pernikahan . Budaya ini tidak pernah di lakukan lagi setelah kedatangan K.H . Nurcholis . Budaya - budaya yang mengarah kepada ke syirik an perlahan - lahan di buang dari tunjung sekar. seperti menaruh sesaji di bawah pohon , di perempatan ataupun ritual di Punden . Bahkan Punden di Tunjungsekar di hancurkan dan di bangun Masjid di sana.

2. sungai sebagai Tempat ritual
Masyarakat jaman dahulu menggunakan sungai untuk mandi besar dahulu kondisi sungai sangat jernih dan dalam . Sehari sebelum bulan puasa masyarakat berbondong- bondong ke sungai untuk "Padusan".

3. Sungai sebagai irigasi sawah
Petani adalah mata pencaharian yang utama bagi masyarakat log gempol sebelum kedatangan pendatang dari Pasuruan yang memperkenalkan pertukangan. 

Senin, 22 April 2019

PERINGATAN HARI KARTINI 2019 DI TUNJUNG SEKAR

Mengapa Hari Kartini identik dengan baju kebaya? ini agak mengusik saya. Bukankah saat ini jarang sekali wanita yang memakai baju kebaya, kecuali pada saat seremoni pernikahan/ hari besar nasional.
Hal itulah yang yang dilakukan warga RW 02 Kelurahan Tunjung sekar yang mengadakan Lomba Fasion mirip Kartini pada Hari Minggu 21 April 2019.
Ada keinginan untuk melestarikan budaya dan mengambil semangat kartini meski berbeda zaman.
Semangat Kartini tidak sesempit itukan?meski tak berkebaya wanita zaman now bisa mengambil pemikiran Kartini yang berusaha menjadi agen perubahan ketika itu dengan emansipasi wanita.